Pendidikan dalam Islam adalah pendidikan ideal yang
mempunyai tujuan untuk memperhatikan Agama dan Dunia serta segi manfaat
mempelajari suatu ilmu pengetahuan dan
di jiwai oleh budi pekerti.
Pada wahyu pertama ( QS. Al-Alaq: ayat 1-5) yang diturunkan
kepada Rasulullah SAW pun berkaitan erat tentang pendidikan. Di dalamnya
terdapat kandungan tersirat yaitu mengharuskan manusia untuk meningkatkan intelektualnya
dengan belajar. Karena belajar itu adalah sebuah kewajiban bagi setiap manusia
dan sarana terbaik untuk peningkatan intelektual ummat dan pembangunan dunia.
Dengan belajar
maka diperolehlah beberapa ilmu yang merupakan sesuatu yang paling berharga
yang dimiliki manusia, seperti pesan Mas’ab bin Zubeir pada anaknya: “ Belajarlah, karena dengan belajar itu
kamu akan menjadi elok bila kamu tidak mempunyai rupa yang elok dan kamu akan
punya kekayaan bila kamu tidak memiliki kekayaan. Ilmu itu hiasan bagi orang
yang tidak punya perhiasan, harta bagi orang yang tidak punya harta.”[1]
Pendidikan Islam mempunyai catatan sejarah (history) yang
panjang. Pendidikan ini muncul seiring dengan kmunculan Islam itu sendiri.
Tentu saja pada masa awal islam ini berkembang, pendidikan formal yang
sistematis belum terselenggara. Dan berangsur-angsur mengalami perubahan.[2]
Kewajiban manusia
menuntut ilmu meruupakan salah satu diperlukannya lembaga pendidikan. Adapun
beberapa lembaga pendidikan yang berperan dalam peningkatan intelektual islam
yaitu dari lembaga pendidikan islam masa Nabi Muhammad SAW ( waktu awal islam) yang berada dirumah Arqam bin Abi
Arqam, kuttab, masjid khan sampai pada lembaga pendidikan akhir abad
pertengahan ( Madrasah Nizamiyyah.
Dari rangkaian urutan waktu dan macam-macam lembaga
pendidikan Islam ini, terdapat perbedaan bentuk lembaga, metode, kurikulum dan
sistem yang selau mengiringi dan menghiasi perkembangan lembaga tersebut yang
membawa pengaruh perkembangan intelektual itu sendiri. Namun perkembangan
intelektual orang islam ini tidak akan maju atau terefleksi sampai sekarang
tanpa disertai dengan amal, imam al Ghazali berkata: “ insan seluruhnya akan hancur, kecuali orang-orang yang berilmu,
orang-orang yang berilmu semua akan
hancur, kecuali orang-orang yang beramal, semua orang yang beramal pun akan
hancur kecuali orang-orang yang ikhlas dan jujur.”
A.
Peran dan Aspek kelebihan dan
kekurangan yang melekat pada Lembaga Pendidikn Islam
1.
Pendidikan islam di rumah-rumah
dan kuttab
Pada awal atau permulaan islam, pelajaran agama islam diberikan
di rumah-rumah yakni berada di rumah Arqam bin Arqam yang dimana, Nabi Muhammad
SAW mengajarkan kaidah-kaidah islam dan membacakan ayat-ayat Al Qur’an. Dimasa
ini dakwah Nabi masih bersifat sembunyi-sembunyi. Setelah sahabat Umar bin
Khattab masuk islam, dakwah Nabi yang mulai terang-terangan membangkitkan perkembangan pendidikan islam pun semakin
berkembang, disini rumah Nabi di Mekkah juga digunakan sebagai tempat
pendidikan islam.
Keunggulan pada tahap ini adalah pendidikan secara
langsung diberikan pada Rasulullah. Sehingga pada masa ini setiap ada kekurang
pahaman atau masalah langsung bisa terseelesaikan dengan tanya atau konsultasi
dengan Rasulullah.
Banyak perkembangan setelah islam datang. Terbukti,
jumlah yang tulis baca dari suku Quraisy yang
baru 17 orang, kemudian islam mendorong kaum muslimin untuk pandai
membaca dan menulis. Rasulullah menggunakan orang-orang tawanan dari kaum
Quraisy Mekkah yang tahu tulis baca, supaya mengajar anak-anak muslim tulis bca
sebagai tebusan bagi kebebasan tawanan.
Sejak itu kepandaian membaca dan menullis tersebar di seluruh jazirah
Arabiah sehingga mereka dapat menulis ayat-ayt AlQur’an maupun hadits.
Namun setelah berlangsung beberapa rentang waktu, kaum
muslim mulai beranggapan bahwa rumah tidak sebaiknya menjadi ruangan atau
tempat belajar kerena jika dilaksanakan di rumah yang awal tujuan dipersiapkan
sebagai tempat beristirahat, bersandar, dan ketentraman tentu saja akan membawa
keributan dan hiruk pikuk sehingga dapat mengurangi ketentraman dan menimbulkan
kegelisahan penghuni rumah. Dari sini lah maka munculnya inisiatif adanya
ruangan khusus di dalam rumah untuk belajar yang disebut kuttab.
Disinilah kuttab berperan memajukan intelektual yakni
sebagai tempat pertma mengajar anak-anak membaca Al Qur’an, membaca dan
menulis, mempelajari kisah-kisah Al Anbiya’, paramasastera bahasa arab dan
dasar-dasar hitungan.[3]
2.
Pendidikan islam di masjid
Masjid
adalah sebagai tempat ibadah. Selain itu masjid juga mempunyai fungsi edukatif
( pendidikan ) atau dan fungsi sosial.
Pendidikan tidak hanya terjadi dirumah dan kuttab namun masjid juga
digunakan sebagai wadah untuk pendidikan Islam. Sangat erat sekali pendidikan
dengan masjid. Seperti: Masjid Quba’ yakni
masjid pertama dibangun ddalam islam diberikan pula kuliah-kuliah agama, Masjid
Nabawi di Madinah yang digunakan Nabi untuk memberikan pelajaran kepada para
sahabat mengenai masalah baik agama maupun duniawi.[4]
Pendidikan
yang diselenggarakan di masjid ini pada umumnya diselenggarakan ketika masyarakat
islam sudah terbentuk dengan menggunakan metode halaqah (lingkaran belajar).[5]
3.
Pendidikan islam di Masjid Khan
Pendidikan
Islam di Masjid Khan ini berawal dari pelajar atau anak-anak yang kurang
memperhatikan kebersihan dari najis, maka banyak orang menganjurkan hendaknya
pelajaran tidak di adakan di masjid. Sehingga muncul inisiatif baru menggunakan
ruangan masjid yang khusus untuk belajar anak-anak, yang disebut masjid khan.
4.
Pendidikan islam di toko-toko
kitab, majlis-majlis sastra, perpustakaan dan lembaga-lembaga kesufian (non
formal)
Peradapan islam
dimana islam benar-benar mencapai puncak kejayaan inteletualnya yaitu ketika
dimasa lembaga non formal yakni Seperti pendidikan islam ditoko-toko kitab,
Majlis-majlis sastera, perpustakan dan lembaga kesufian.
PENDIDIKAN ISLAM
DI TOKO-TOKO BUKU ( KITAB)
Toko-toko buku
berkembang pesat pada masa kejayaan Abbasiyah di wilayah timur tengah. kenapa
pendidikan islam di toko-toko buku atau kitab bisa meningkatkan intelektual
pada masa itu? Ada jawaban utama yang mendasar dari pertanyaan tersebut yakni
di toko-toko buku di masa itu dengan zaman modern sekarang ( tahun 2011 M ini)
sangat berbeda jauh. Di zaman sekarang kalau ingin beli buku ke toko buku, memilih
buku sendiri, bayar, terima struk pembayaran, selesai, sedangkan dizaman
pendidikan islam non formal ( di toko-toko buku) seorang penjual buku adalah
seorang ulama’, jadi seorang penjual harus paham buku yang mereka jual dan bisa
menjadi atau menggunakan jasa seorang waraqod atau penyalin buku.
Para ilmuan
sering datang ke toko tertentu dan bergabung didalamnya. Selain membawa rezeki
bagi pemilik toko buku juga mempunyai fungsi lain yakni berguna dalam
menyebarkan ilmu pengetahuan dan menyediakan karya tulis khususnya karya-karya
filsafat dan sains Yunani klasik bagi masyarakat umum dan bisa juga melakukan
diskusi didalamua.
Dari toko-toko
buku ini ilmu dan pengetahuan secara tidak langsung menjadikan tempat
pendidikan islam yang mempunyai andil besar dalam perkembangan intelektual
islam.
MAJLIS-MAJLIS
SASTRA
Keistimewaan
dalam cara pendidikan d dalam Islam ialah sifatnya yang mudah dan elatis, tidak
terikat kepada suatu tempat tertentu. Penyebaran kebudayaan dan pengajaran
dilakukan dalam kelompok-kelompok ilmih dirumah-rumah para ulama’ atau sarjana
(pelajar), di istana-istana khalifah, dimana hadir mahasiswa-mahasiswa
danorang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan.
Bahkan kelompok ilmiah itu dihadiri juga oleh para dokter,
filosof-filosof dan ahli-ahli sastera dengan maksud untuk beroleh manfaat dari
perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi dibidang agama, ilmiah-ilmiah,
kedokteran atau kesusteraan yang mereka dengar.
PERPUSTAKAAN
Tidak ada bukti
secara tekstual kapan perpustakaan lahir, namun pada awal islam terbukti sudah
adanya perpustakaan yaitu ketika penyusunan mushaf al Qur’an yang disimpan di
masjid. Ketika masjid dijadikan sebagai tempat untuk belajar disitulah ada
perpustakaan ( tempat buku-buku pelajaran atau umum) untuk pelajar meminjam, membaca, dan
sebagainya. Beriring berkembangnya zaman Perpustakaann yang didirikan di
masjid, langgar, madrasah atau sekolah sebagai alat pembantu dalam mempelajari
ilmu pengetahuan, kesusasteraan dan dalam golongana ini dapat
Perpustakaan
dalam sejarah islam berfungsi sebagai inti dari program pengajaran, yang memperluas
materi-materi pelajaran yang disajiakan dlam perkuliahan atau diskusi. Begitu
pula perpustakaan pada masa kepemimpinan al Makmun di bagdad terdapat
perpustakaan dan pusat pendidikan tinggi yang terkenal yang bernama Bait al
Hikmah. Lembaga ini menggabungkan sanggar sastra, lingkaran studi atau halaqah
dan observatori sekaligus. Sehingga Bait al Hikmah mengalami puncak
intelektualnya.[6]
LEMBAGA-LEMBAGA
KESUFIAN
5.
Pendidikan Islam di Madrasah
Menurut Stanton
madrasah mulai lahir dari harta waqaf. Madrasah di dalamnya terdapat asrama dan
ruang belajar pada awal pembentukannya. [7]Ada
2 faktor madrasah ini lahir, yakni:
1.
Faktor internal
Ketika
pendidikan berada di masjid, orang-orang terganggu ibadahnya maka tercetuslah
iden masjid berasrama( masjid khan) sebagai tempat pembelajaran islam. Namun
seiring waktu masjid khan juga menimbulkan kegaduhan yang membuat orang-orang
terganggu sehingga ada inisiatif baru untuk membuat madrasah
2.
Faktor Eksternal
Orang sudah
berpikir perlu adanya pendidikan yang sesuai dan layak yang meliputi: Faktor
religius, Faktor politik dan Faktor ekonomi
Islam pada
dasarnya tidak membedakan nilai ilmu-ilmu agama dengan ilmu umum, tetapi dalam praktiknya, supremasi lebih diberikan
kepada ilmu-ilmu agama yang dikarenakan sikap keagamaan dan kesalehan yang
memandang ilmu-ilmu agama sebagai jalan tol atau utama menuju Tuhan. dan juga
setelah runtuhnyua mu’tazilah menutup kemungkinan bahwa ilmu-ilmu umum yang
bertitik tolak dari nalar dihapuskan sehinggga bagi yang masih berminat
ilmu-ilmu umum pada masa ini, terrpaksa harus mempelajari sendiri.
MADRASAH
NIZAMIYYAH
Madrasah
disiapkan khusus untuk belajar, dan tempat-tempat mahasiswa yang semata-mata
full timer untuk belajar.
- Tawaran
pada Pendidikan Islam ke depan
Bisa dikatakan perkembangan
Pendidikan Islam dari awal islam hingga zaman sekarang ini mengalami pasang
surut. Banyak orang Islam tidak mengetahui esensi Islam itu sendiri. Kebanyakan
mereka hanya mengikuti keluarga ( ayah dan Ibu mereka) dalam memeluk agama. Ini
merupakan suatu keuntungan dan kesalahn juga.
Akar-akar
keterbelakangan dan ketertinggalan Dunia Muslim dalam sains dan teknologi dapat
dilacak yang berawal dengn lenyapnya berbagai cabang-cabang ilmu-ilmu Aqliyah
dari tradisi keilmuan dan Pendidikan islam,. pada saat yang sama eropa
mengalami perkembangan yang mendorong terjadinya pencerahan ( aufklarung) yang
pada akhirnya berhasil menguasai dan menaklukan wilayah-wilayah muslim. Bisa
dibayangkan, kaum muslim yang disebut sebagai “khoirul ummah” (umat terbaik )
dengan begitu mudah dikalahkan orng-orang kafir. Memang esensi pendidikan
disini bukan terletak pada penguasaan dan penaklukan. Tapi tidak memungkiri
jatuhnya pengetahuan umat islam mengakibatkan terpuruknya hinggan bisa kembali
ke zaman jahiliyyah kembali.
Bagaimana kah
pendidikan Islam ini bisa mengakar di dalam hati setiap insan tidak hanya sebagai
simbol dan teoritik saja? Pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan Islam
sebagai jawaban yang sangat diperlukan. Kita belajar tidak hanya menghapal akan
tetapi kita bisa meresaapi, memahami sebuah pengetahuan tersebut. Terlebih
jangan hanya memakan a tau mencari dan meniru pengetahuan tersebut akan tetapi
berusaha menemukan ( jangan hanya kutu buku akan tetapi refleksikan ilmu
tersebut ke medan untuk sebuah pembuktian).
Tak khayal zaman
modern sekarang ini pendidikan sangat lah diminati sekali. Entah, Pelajar
mempunyai tujuan mennggali ilmu atau kah demi selembar kertas dengan tulisan
bernama yang sering disebut ijazah. Hal ini sah-sah saja akan tetapi esensi
sebuah pendidikan islam ini tidak akan terbuka jika kita hanya mencari selembar
kertas tersebut.
Ada beberapa
tawaran yang menurut saya menarik untuk perkembangan pendidikan Islam kedepan
yaitu
- membentuk lembaga untuk anak-anak usia
SD/Mi yang bertujuan memberikan pegangan atau dasar titik bermahabbah pada
Allah sehingga implikasi intelektual akan muncul.
- Memberi wadah dan meningkatkan mutu
lembaga non formal sehingga akan bisa menunjang pengetahuan yang beraada
di lembaga formal,
- Pembaharuan
kurikulum yang statis,
- Memberikan
fasilitas-fasilita seperti memperbanyak buku-buku pendidikan dalam islam
di perpustakaan.
Syukron katsir
BalasHapusterimakasih banyak
BalasHapus