Minggu, 09 Desember 2012

PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DARI PRA MADRASAH DAN PASCA MADRASAH TERHADAP PENGEMBANGAN INTELEKTUAL ISLAM


Pendidikan dalam Islam adalah pendidikan ideal yang mempunyai tujuan untuk memperhatikan Agama dan Dunia serta segi manfaat mempelajari suatu  ilmu pengetahuan dan di jiwai oleh budi pekerti.
Pada wahyu pertama ( QS. Al-Alaq: ayat 1-5) yang diturunkan kepada Rasulullah SAW pun berkaitan erat tentang pendidikan. Di dalamnya terdapat kandungan tersirat yaitu mengharuskan manusia untuk meningkatkan intelektualnya dengan belajar. Karena belajar itu adalah sebuah kewajiban bagi setiap manusia dan sarana terbaik untuk peningkatan intelektual ummat dan pembangunan dunia.
 Dengan belajar maka diperolehlah beberapa ilmu yang merupakan sesuatu yang paling berharga yang dimiliki manusia, seperti pesan Mas’ab bin Zubeir pada anaknya: “ Belajarlah, karena dengan belajar itu kamu akan menjadi elok bila kamu tidak mempunyai rupa yang elok dan kamu akan punya kekayaan bila kamu tidak memiliki kekayaan. Ilmu itu hiasan bagi orang yang tidak punya perhiasan, harta bagi orang yang tidak punya harta.”[1]
Pendidikan Islam mempunyai catatan sejarah (history) yang panjang. Pendidikan ini muncul seiring dengan kmunculan Islam itu sendiri. Tentu saja pada masa awal islam ini berkembang, pendidikan formal yang sistematis belum terselenggara. Dan berangsur-angsur mengalami perubahan.[2]
Kewajiban manusia  menuntut ilmu meruupakan salah satu diperlukannya lembaga pendidikan. Adapun beberapa lembaga pendidikan yang berperan dalam peningkatan intelektual islam yaitu dari lembaga pendidikan islam masa Nabi Muhammad SAW ( waktu awal  islam) yang berada dirumah Arqam bin Abi Arqam, kuttab, masjid khan sampai pada lembaga pendidikan akhir abad pertengahan ( Madrasah Nizamiyyah.
Dari rangkaian urutan waktu dan macam-macam lembaga pendidikan Islam ini, terdapat perbedaan bentuk lembaga, metode, kurikulum dan sistem yang selau mengiringi dan menghiasi perkembangan lembaga tersebut yang membawa pengaruh perkembangan intelektual itu sendiri. Namun perkembangan intelektual orang islam ini tidak akan maju atau terefleksi sampai sekarang tanpa disertai dengan amal, imam al Ghazali berkata: “ insan seluruhnya akan hancur, kecuali orang-orang yang berilmu, orang-orang yang berilmu semua  akan hancur, kecuali orang-orang yang beramal, semua orang yang beramal pun akan hancur kecuali orang-orang yang ikhlas dan jujur.
A.        Peran dan Aspek kelebihan dan kekurangan yang melekat pada Lembaga Pendidikn Islam
1.                            Pendidikan islam di rumah-rumah dan kuttab
Pada awal atau permulaan islam, pelajaran agama islam diberikan di rumah-rumah yakni berada di rumah Arqam bin Arqam yang dimana, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kaidah-kaidah islam dan membacakan ayat-ayat Al Qur’an. Dimasa ini dakwah Nabi masih bersifat sembunyi-sembunyi. Setelah sahabat Umar bin Khattab masuk islam, dakwah Nabi yang mulai terang-terangan membangkitkan  perkembangan pendidikan islam pun semakin berkembang, disini rumah Nabi di Mekkah juga digunakan sebagai tempat pendidikan islam.
Keunggulan pada tahap ini adalah pendidikan secara langsung diberikan pada Rasulullah. Sehingga pada masa ini setiap ada kekurang pahaman atau masalah langsung bisa terseelesaikan dengan tanya atau konsultasi dengan Rasulullah.
Banyak perkembangan setelah islam datang. Terbukti, jumlah yang tulis baca dari suku Quraisy yang  baru 17 orang, kemudian islam mendorong kaum muslimin untuk pandai membaca dan menulis. Rasulullah menggunakan orang-orang tawanan dari kaum Quraisy Mekkah yang tahu tulis baca, supaya mengajar anak-anak muslim tulis bca sebagai tebusan bagi kebebasan tawanan.  Sejak itu kepandaian membaca dan menullis tersebar di seluruh jazirah Arabiah sehingga mereka dapat menulis ayat-ayt AlQur’an maupun hadits.
Namun setelah berlangsung beberapa rentang waktu, kaum muslim mulai beranggapan bahwa rumah tidak sebaiknya menjadi ruangan atau tempat belajar kerena jika dilaksanakan di rumah yang awal tujuan dipersiapkan sebagai tempat beristirahat, bersandar, dan ketentraman tentu saja akan membawa keributan dan hiruk pikuk sehingga dapat mengurangi ketentraman dan menimbulkan kegelisahan penghuni rumah. Dari sini lah maka munculnya inisiatif adanya ruangan khusus di dalam rumah untuk belajar yang disebut kuttab.
Disinilah kuttab berperan memajukan intelektual yakni sebagai tempat pertma mengajar anak-anak membaca Al Qur’an, membaca dan menulis, mempelajari kisah-kisah Al Anbiya’, paramasastera bahasa arab dan dasar-dasar hitungan.[3]
2.             Pendidikan islam di masjid
Masjid adalah sebagai tempat ibadah. Selain itu masjid juga mempunyai fungsi edukatif ( pendidikan ) atau dan fungsi sosial.  Pendidikan tidak hanya terjadi dirumah dan kuttab namun masjid juga digunakan sebagai wadah untuk pendidikan Islam. Sangat erat sekali pendidikan dengan masjid. Seperti:  Masjid Quba’ yakni masjid pertama dibangun ddalam islam diberikan pula kuliah-kuliah agama, Masjid Nabawi di Madinah yang digunakan Nabi untuk memberikan pelajaran kepada para sahabat mengenai masalah baik agama maupun duniawi.[4]
Pendidikan yang diselenggarakan di masjid ini pada umumnya diselenggarakan ketika masyarakat islam sudah terbentuk dengan menggunakan metode halaqah (lingkaran belajar).[5]
3.             Pendidikan islam di Masjid Khan
Pendidikan Islam di Masjid Khan ini berawal dari pelajar atau anak-anak yang kurang memperhatikan kebersihan dari najis, maka banyak orang menganjurkan hendaknya pelajaran tidak di adakan di masjid. Sehingga muncul inisiatif baru menggunakan ruangan masjid yang khusus untuk belajar anak-anak, yang disebut masjid khan.
4.             Pendidikan islam di toko-toko kitab, majlis-majlis sastra, perpustakaan dan lembaga-lembaga kesufian (non formal)
Peradapan islam dimana islam benar-benar mencapai puncak kejayaan inteletualnya yaitu ketika dimasa lembaga non formal yakni Seperti pendidikan islam ditoko-toko kitab, Majlis-majlis sastera, perpustakan dan lembaga kesufian.
PENDIDIKAN ISLAM DI TOKO-TOKO BUKU ( KITAB)
Toko-toko buku berkembang pesat pada masa kejayaan Abbasiyah di wilayah timur tengah. kenapa pendidikan islam di toko-toko buku atau kitab bisa meningkatkan intelektual pada masa itu? Ada jawaban utama yang mendasar dari pertanyaan tersebut yakni di toko-toko buku di masa itu dengan zaman modern sekarang ( tahun 2011 M ini) sangat berbeda jauh. Di zaman sekarang kalau ingin beli buku ke toko buku, memilih buku sendiri, bayar, terima struk pembayaran, selesai, sedangkan dizaman pendidikan islam non formal ( di toko-toko buku) seorang penjual buku adalah seorang ulama’, jadi seorang penjual harus paham buku yang mereka jual dan bisa menjadi atau menggunakan jasa seorang waraqod atau  penyalin buku.
Para ilmuan sering datang ke toko tertentu dan bergabung didalamnya. Selain membawa rezeki bagi pemilik toko buku juga mempunyai fungsi lain yakni berguna dalam menyebarkan ilmu pengetahuan dan menyediakan karya tulis khususnya karya-karya filsafat dan sains Yunani klasik bagi masyarakat umum dan bisa juga melakukan diskusi didalamua.
Dari toko-toko buku ini ilmu dan pengetahuan secara tidak langsung menjadikan tempat pendidikan islam yang mempunyai andil besar dalam perkembangan intelektual islam.
MAJLIS-MAJLIS SASTRA
Keistimewaan dalam cara pendidikan d dalam Islam ialah sifatnya yang mudah dan elatis, tidak terikat kepada suatu tempat tertentu. Penyebaran kebudayaan dan pengajaran dilakukan dalam kelompok-kelompok ilmih dirumah-rumah para ulama’ atau sarjana (pelajar), di istana-istana khalifah, dimana hadir mahasiswa-mahasiswa danorang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan.  Bahkan kelompok ilmiah itu dihadiri juga oleh para dokter, filosof-filosof dan ahli-ahli sastera dengan maksud untuk beroleh manfaat dari perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi dibidang agama, ilmiah-ilmiah, kedokteran atau kesusteraan yang mereka dengar.

PERPUSTAKAAN
Tidak ada bukti secara tekstual kapan perpustakaan lahir, namun pada awal islam terbukti sudah adanya perpustakaan yaitu ketika penyusunan mushaf al Qur’an yang disimpan di masjid. Ketika masjid dijadikan sebagai tempat untuk belajar disitulah ada perpustakaan ( tempat buku-buku pelajaran atau umum)  untuk pelajar meminjam, membaca, dan sebagainya. Beriring berkembangnya zaman Perpustakaann yang didirikan di masjid, langgar, madrasah atau sekolah sebagai alat pembantu dalam mempelajari ilmu pengetahuan, kesusasteraan dan dalam golongana ini dapat
Perpustakaan dalam sejarah islam berfungsi sebagai inti dari program pengajaran, yang memperluas materi-materi pelajaran yang disajiakan dlam perkuliahan atau diskusi. Begitu pula perpustakaan pada masa kepemimpinan al Makmun di bagdad terdapat perpustakaan dan pusat pendidikan tinggi yang terkenal yang bernama Bait al Hikmah. Lembaga ini menggabungkan sanggar sastra, lingkaran studi atau halaqah dan observatori sekaligus. Sehingga Bait al Hikmah mengalami puncak intelektualnya.[6]
LEMBAGA-LEMBAGA KESUFIAN
5.        Pendidikan Islam di Madrasah
Menurut Stanton madrasah mulai lahir dari harta waqaf. Madrasah di dalamnya terdapat asrama dan ruang belajar pada awal pembentukannya. [7]Ada 2 faktor madrasah ini lahir, yakni:
1.                                        Faktor internal
Ketika pendidikan berada di masjid, orang-orang terganggu ibadahnya maka tercetuslah iden masjid berasrama( masjid khan) sebagai tempat pembelajaran islam. Namun seiring waktu masjid khan juga menimbulkan kegaduhan yang membuat orang-orang terganggu sehingga ada inisiatif baru untuk membuat madrasah
2.    Faktor Eksternal
Orang sudah berpikir perlu adanya pendidikan yang sesuai dan layak yang meliputi: Faktor religius, Faktor politik dan Faktor ekonomi
Islam pada dasarnya tidak membedakan nilai ilmu-ilmu agama dengan ilmu umum, tetapi  dalam praktiknya, supremasi lebih diberikan kepada ilmu-ilmu agama yang dikarenakan sikap keagamaan dan kesalehan yang memandang ilmu-ilmu agama sebagai jalan tol atau utama menuju Tuhan. dan juga setelah runtuhnyua mu’tazilah menutup kemungkinan bahwa ilmu-ilmu umum yang bertitik tolak dari nalar dihapuskan sehinggga bagi yang masih berminat ilmu-ilmu umum pada masa ini, terrpaksa harus mempelajari sendiri.

MADRASAH NIZAMIYYAH
Madrasah disiapkan khusus untuk belajar, dan tempat-tempat mahasiswa yang semata-mata full timer untuk belajar.  
  1. Tawaran pada Pendidikan Islam ke depan
Bisa dikatakan perkembangan Pendidikan Islam dari awal islam hingga zaman sekarang ini mengalami pasang surut. Banyak orang Islam tidak mengetahui esensi Islam itu sendiri. Kebanyakan mereka hanya mengikuti keluarga ( ayah dan Ibu mereka) dalam memeluk agama. Ini merupakan suatu keuntungan dan kesalahn juga.
Akar-akar keterbelakangan dan ketertinggalan Dunia Muslim dalam sains dan teknologi dapat dilacak yang berawal dengn lenyapnya berbagai cabang-cabang ilmu-ilmu Aqliyah dari tradisi keilmuan dan Pendidikan islam,. pada saat yang sama eropa mengalami perkembangan yang mendorong terjadinya pencerahan ( aufklarung) yang pada akhirnya berhasil menguasai dan menaklukan wilayah-wilayah muslim. Bisa dibayangkan, kaum muslim yang disebut sebagai “khoirul ummah” (umat terbaik ) dengan begitu mudah dikalahkan orng-orang kafir. Memang esensi pendidikan disini bukan terletak pada penguasaan dan penaklukan. Tapi tidak memungkiri jatuhnya pengetahuan umat islam mengakibatkan terpuruknya hinggan bisa kembali ke zaman jahiliyyah kembali.
Bagaimana kah pendidikan Islam ini bisa mengakar di dalam hati setiap insan tidak hanya sebagai simbol dan teoritik saja? Pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan Islam sebagai jawaban yang sangat diperlukan. Kita belajar tidak hanya menghapal akan tetapi kita bisa meresaapi, memahami sebuah pengetahuan tersebut. Terlebih jangan hanya memakan a tau mencari dan meniru pengetahuan tersebut akan tetapi berusaha menemukan ( jangan hanya kutu buku akan tetapi refleksikan ilmu tersebut ke medan untuk sebuah pembuktian).
Tak khayal zaman modern sekarang ini pendidikan sangat lah diminati sekali. Entah, Pelajar mempunyai tujuan mennggali ilmu atau kah demi selembar kertas dengan tulisan bernama yang sering disebut ijazah. Hal ini sah-sah saja akan tetapi esensi sebuah pendidikan islam ini tidak akan terbuka jika kita hanya mencari selembar kertas tersebut.
Ada beberapa tawaran yang menurut saya menarik untuk perkembangan pendidikan Islam kedepan yaitu
  1.  membentuk lembaga untuk anak-anak usia SD/Mi yang bertujuan memberikan pegangan atau dasar titik bermahabbah pada Allah sehingga implikasi intelektual akan muncul.
  2.  Memberi wadah dan meningkatkan mutu lembaga non formal sehingga akan bisa menunjang pengetahuan yang beraada di lembaga formal,
  3. Pembaharuan kurikulum yang statis,
  4. Memberikan fasilitas-fasilita seperti memperbanyak buku-buku pendidikan dalam islam di perpustakaan.
Mempunyai stategi atau atur siasah dalam mengkaji pendidikan islam


[1] Mohd. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT Bulan Bintang, 1970), cet.VI, hlm. 41.
[2] stanton
[3]

[5] stanton
[6]
[7]

2 komentar: